Mohenjo-daro adalah sebuah kota kuno yang terletak di Distrik Larkana di Provinsi Sindhu, Pakistan. Kota ini merupakan salah satu kawasan urban pertama di dunia yang telah berdiri sejak sekitar 4.600 tahun lalu. Namun dengan alasan yang tidak diketahui pasti, kota ini mulai ditinggalkan sekitar 3.900 tahun yang lalu dan perlahan hilang ditelan lumpur banjir serta zaman yang berubah. Keberadaan Mohenjo-daro pun dilupakan orang sampai tahun 1922, ketika reruntuhannya ditemukan kembali oleh Rakhaldas Bandyopadhyay, seorang pegawai arkeologi India atas bantuan seorang biksu lokal.
Pada masa puncaknya, Mohenjo-daro diperkirakan mampu menampung jumlah penduduk hingga 35.000 orang. Bangunan kota umumnya terbuat dari batu bata dan kayu besar, dengan sistem perencanaan kota yang cukup matang. Terdapat jalan-jalan yang lebar dan rapi serta saluran limbah yang menunjukkan kemajuan sistem transportasi dan sanitasi Mohenjo-daro. Selain itu juga terdapat pemandian umum, lumbung gandum dan benteng pertahanan. Mohenjo-daro menjadi temuan penting yang mengungkap keberadaan sebuah peradaban maju di Lembah Indus sebelum berkembangnya kebudayaan Indo-Arya.
2. Pompeii, Italia

Pompeii merupakan sebuah kota peristirahatan dari zaman Romawi Kuno yang terletak di dekat Kota Naples di Provinsi Campania, Italia. Kota ini telah berdiri sejak sekitar 700 tahun Sebelum Masehi sebagai kota pelabuhan bagi para pelaut Yunani dan Funisia. Pada tahun 79 Masehi, Pompeii hancur dalam dua hari letusan raksasa Gunung Vesuvius yang mengubur kota ini dalam tumpukan abu dan lahar. Kota ini hilang dari ingatan orang-orang sampai tahun 1749, ketika Rocque Joaquin de Alcubierre, seorang insinyur militer Spanyol menemukan reruntuhan Pompeii dalam penggalian intensif yang dipimpinnya.
Pada saat letusan Vesuvius terjadi, kota Pompeii diperkirakan dihuni oleh sekitar 20.000 orang. Hasil penggalian mengungkapkan bentuk kebudayaan tinggi yang telah dicapai oleh masyarakat Pompeii. Terdapat saluran air besar (aquaduct) yang berfungsi untuk mendistribusikan air bersih ke pemandian umum dan rumah-rumah warga. Sejumlah taman dan air mancur didirikan di berbagai sudut kota, dengan fasilitas hiburan seperti amfiteater dan kolam renang melengkapi kota ini yang terkenal sebagai tempat liburan di kalangan orang-orang Romawi ketika itu. Corak sinkretis mewarnai kebudayaan Pompeii, seperti ditunjukkan oleh penemuan Kuil Isis yang dibangun dengan perpaduan gaya Mesir dan Romawi. Beberapa bentuk budaya erotis juga tampak menjadi keseharian warga Pompeii, seperti adanya rumah pelacuran dan pemujaan phallus sebagai lambang kejantanan. Salah satu temuan paling mencengangkan dari reruntuhan Pompeii adalah bentuk mayat para penduduknya yang terawetkan di bawah abu letusan.
3. Iram, Yaman
Iram, atau disebut juga Ubar, adalah sebuah kota misterius yang diceritakan dalam kisah suku-suku Arab sebagai sebuah negeri maju yang kemudian hilang ditelan gurun pasir. Al-Qur’an menyebut kota ini sebagai Irama Dzaatil Imaad (Iram negeri pilar) karena dikenal memiliki banyak bangunan dengan pilar-pilar yang tinggi. Kota yang disebut-sebut sebagai negeri kaum Nabi Hud ini tak pernah diketahui keberadaannya sampai tahun 1980-an, ketika sebuah tim peneliti dari NASA melalui bantuan satelit menemukan adanya jalur-jalur kafilah kuno di bagian selatan semenanjung Arabia.
Iram kemungkinan telah dihuni sejak 5.000 tahun lalu, yang berkembang pada beberapa abad sebelum Masehi menjadi sebuah pusat perdagangan di Gurun Rub Al-Khali di Yaman. Iram menjadi sangat kaya dari hasil penjualan berbagai komoditas ke wilayah Timur Tengah dan Eropa, termasuk di antaranya penjualan kemenyan dan rempah-rempah dari wilayah Timur. Namun pada sekitar abad pertama Masehi, kota ini mulai ditinggalkan dan hanya tersisa dalam ingatan suku-suku pengembara gurun. Sebuah reruntuhan oasis di provinsi Dhofar di Oman diduga sebagai pos persinggahan bagi kafilah dagang kuno yang akan bertolak menuju Iram. Di pos tersebut ditemukan sejumlah bekas permukiman dan sisa-sisa komoditas yang diperdagangkan dari wilayah-wilayah yang sangat jauh. Namun hingga saat ini, reruntuhan utama dari Kota Iram yang legendaris tersebut masih belum berhasil ditemukan.
4. Troya, Turki

Troya ,atau disebut juga Wilusa atau Ilion, adalah nama sebuah kota yang disebutkan dalam kisah-kisah Yunani Kuno, khususnya kisah Perang Troya yang diceritakan dalam puisi Homer. Kota ini terletak di Anatolia, di wilayah yang kini menjadi bagian dari provinsi Canakkale di Turki. Kota Troya diperkirakan telah dihuni sejak 5.000 tahun lalu, dan telah berulang kali hancur serta dibangun kembali dalam beberapa periode yang berbeda. Sekitar abad ke-4 Masehi, kota ini mulai ditinggalkan bersamaan dengan berkembangnya Konstantinopel sebagai ibukota baru Romawi Timur. Kota ini baru ditemukan kembali pada tahun 1865 dalam sebuah penggalian yang dilakukan oleh arkeolog Inggris Frank Calvert.
Meski pun letaknya saat ini jauh dari pantai, Kota Troya dahulu merupakan sebuah kota pantai yang menguasai jalur perdagangan menuju Laut Hitam. Sekitar 3.900 tahun lalu, bangsa Hittite menaklukkan Troya dan menjadikannya sebagai kota mereka. Perang Troya yang termahsyur dari puisi Homer kemungkinan terjadi sekitar 3.200 tahun lalu berdasarkan temuan sisa-sisa perang seperti mayat yang terbakar dan anak panah dari perunggu. Alexander Agung pernah mengunjungi kota ini pada tahun 334 SM dan melakukan persembahan di depan makam beberapa pahlawan Troya seperti Achilles dan Patroclus. Kaisar Augustus kembali membangun kota ini pada abad pertama Masehi dengan nama Ilium. Saat ini pemerintah setempat giat mempromosikan Troya sebagai daerah wisata dengan membangun tiruan Kuda Troya yang terkenal di dekat situs reruntuhan.
5. Great Zimbabwe, Zimbabwe

Great Zimbabwe adalah ibukota Kerajaan Zimbabwe yang pernah berjaya pada sekitar abad 12 hingga 15 Masehi. Kota ini mulai dihuni sekitar abad ke 4 Masehi sebagai wilayah pertanian dan pertambangan. Namun bangunan batu monumental yang kini mendominasi Great Zimbabwe baru mulai di bangun pada abad ke- 12 Masehi, terutama berfungsi sebagai istana kerajaan yang mengendalikan kekuasaan di seluruh wilayah Zimbabwe klasik. Reruntuhan kota ini ditemukan kembali pada tahun 1871 oleh Karl Mauch setelah menerima laporan dari seorang pemburu.
Great Zimbabwe terbagi ke dalam tiga kelompok arsitektural, yaitu kompleks bukit, kompleks lembah, serta benteng besar yang mengelilingi kota. Pada puncak kejayaannya, kota ini diperkirakan dapat dihuni oleh sekitar 18.000 orang. Great Zimbabwe kemungkinan merupakan sebuah pusat perdagangan yang menghubungkan antara daerah-daerah penghasil emas dan gading di pedalaman dengan Kota Kilwa di pesisir Afrika yang melakukan kontak dagang hingga ke Cina. Kota ini juga mengelola ternak sapi dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi warganya. Beberapa artifak yang ditemukan di lokasi reruntuhan antara lain adalah ukiran burung Zimbabwe serta sejumlah barang asing seperti keramik Cina dan koin Arab. Pada era kolonial, para penjajah Eropa menolak teori bahwa Great Zimbabwe didirikan oleh orang-orang kulit hitam. Mereka beranggapan bahwa kebudayaan lokal yang ada terlalu primitif untuk bisa membangun kota semegah Great Zimbabwe. Namun kini, kota tersebut menjadi sumber kebanggaan dan inspirasi bagi warga Negara Zimbabwe atas kejayaan mereka di masa lalu.
6. Angkor, Kamboja

Angkor adalah ibukota Kerajaan Khmer di Kamboja yang berkuasa sekitar abad 9 sampai 15 Masehi. Kota ini ditemukan tertutup oleh hutan lebat di suatu kawasan tak jauh dari Siem Reap di Kamboja. Angkor mulai berkembang sebagai kawasan urban pada awal tahun 800-an ketika Kamboja memerdekakan diri dari Jawa. Memasuki abad ke-12, Angkor mencapai puncak arsitekturnya dengan pembangunan sejumlah monumen raksasa seperti Angkor Wat. Kota ini akhirnya mengalami kemunduran dan ditinggalkan penduduknya setelah perang berkepanjangan dengan Kerajaan Ayutthaya di wilayah barat, dan baru mulai direstorasi kembali oleh sejumlah arkeolog Perancis pada abad 19.
Dari luas wilayahnya, Angkor adalah kota terbesar di dunia sebelum revolusi industri. Sejumlah jalan dan kanal yang rumit dibangun untuk menghubungkan wilayah-wilayah perkotaan. Berkat sistem pertanian yang maju dengan irigasi yang terjamin dari danau-danau di sekitar kota, Angkor mampu menyediakan konsumsi bagi sekitar satu juta penduduknya. Bangunan batu yang ditemukan umumnya merupakan kuil-kuil Hindu dan Buddha yang didirikan untuk memuja para Raja Khmer sebagai perwujudan dewa dan boddhisattva. Sebuah laporan perjalanan yang ditulis oleh utusan Cina Zhou Daguan yang berkunjung pada tahun 1296 menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Angkor, termasuk kegiatan perdagangan, pertanian, keagamaan, serta upacara-upacara kerajaan.
7. Machu Picchu, Peru

Machu Picchu adalah sebuah kota di ketinggian yang menjadi istana bagi sejumlah Raja Inca. Letaknya terpencil di daerah pegunungan di atas Lembah Urumamba di Peru. Kota ini didirikan pada abad ke 15 Masehi, namun ditinggalkan seabad berikutnya bersamaan dengan runtuhnya peradaban Inca oleh serangan Spanyol. Masyarakat lokal di sekitar lembah umumnya mengetahui keberadaan Machu Picchu, namun kota ini baru tersiar ke dunia luar setelah dipublikasi pada tahun 1911 oleh sejarawan Amerika Hiram Bingham.
Machu Picchu terdiri dari dua wilayah, yaitu wilayah perkotaan dan wilayah pertanian. Wilayah perkotaan terbagi lagi menjadi wilayah permukiman, wilayah kerajaan, serta wilayah suci yang dipisahkan oleh sebuah lapangan besar. Sedangkan wilayah pertanian juga terbagi ke menjadi wilayah atas dan wilayah bawah, dengan stuktur lahan bertingkat di tepi jurang. Bangunan kota umumnya dibuat dari potongan batu yang disambung dengan teknik yang disebut ashlar, yaitu pemotongan dengan sudut sempurna. Teknik ini sangat tahan terhadap guncangan sehingga cocok dengan kondisi geografis Peru yang banyak mengalami gempa. Letaknya di ketinggian sesuai dengan kebudayaan Inca yang sangat memperhatikan faktor astronomis.

Troya ,atau disebut juga Wilusa atau Ilion, adalah nama sebuah kota yang disebutkan dalam kisah-kisah Yunani Kuno, khususnya kisah Perang Troya yang diceritakan dalam puisi Homer. Kota ini terletak di Anatolia, di wilayah yang kini menjadi bagian dari provinsi Canakkale di Turki. Kota Troya diperkirakan telah dihuni sejak 5.000 tahun lalu, dan telah berulang kali hancur serta dibangun kembali dalam beberapa periode yang berbeda. Sekitar abad ke-4 Masehi, kota ini mulai ditinggalkan bersamaan dengan berkembangnya Konstantinopel sebagai ibukota baru Romawi Timur. Kota ini baru ditemukan kembali pada tahun 1865 dalam sebuah penggalian yang dilakukan oleh arkeolog Inggris Frank Calvert.
Meski pun letaknya saat ini jauh dari pantai, Kota Troya dahulu merupakan sebuah kota pantai yang menguasai jalur perdagangan menuju Laut Hitam. Sekitar 3.900 tahun lalu, bangsa Hittite menaklukkan Troya dan menjadikannya sebagai kota mereka. Perang Troya yang termahsyur dari puisi Homer kemungkinan terjadi sekitar 3.200 tahun lalu berdasarkan temuan sisa-sisa perang seperti mayat yang terbakar dan anak panah dari perunggu. Alexander Agung pernah mengunjungi kota ini pada tahun 334 SM dan melakukan persembahan di depan makam beberapa pahlawan Troya seperti Achilles dan Patroclus. Kaisar Augustus kembali membangun kota ini pada abad pertama Masehi dengan nama Ilium. Saat ini pemerintah setempat giat mempromosikan Troya sebagai daerah wisata dengan membangun tiruan Kuda Troya yang terkenal di dekat situs reruntuhan.
5. Great Zimbabwe, Zimbabwe

Great Zimbabwe adalah ibukota Kerajaan Zimbabwe yang pernah berjaya pada sekitar abad 12 hingga 15 Masehi. Kota ini mulai dihuni sekitar abad ke 4 Masehi sebagai wilayah pertanian dan pertambangan. Namun bangunan batu monumental yang kini mendominasi Great Zimbabwe baru mulai di bangun pada abad ke- 12 Masehi, terutama berfungsi sebagai istana kerajaan yang mengendalikan kekuasaan di seluruh wilayah Zimbabwe klasik. Reruntuhan kota ini ditemukan kembali pada tahun 1871 oleh Karl Mauch setelah menerima laporan dari seorang pemburu.
Great Zimbabwe terbagi ke dalam tiga kelompok arsitektural, yaitu kompleks bukit, kompleks lembah, serta benteng besar yang mengelilingi kota. Pada puncak kejayaannya, kota ini diperkirakan dapat dihuni oleh sekitar 18.000 orang. Great Zimbabwe kemungkinan merupakan sebuah pusat perdagangan yang menghubungkan antara daerah-daerah penghasil emas dan gading di pedalaman dengan Kota Kilwa di pesisir Afrika yang melakukan kontak dagang hingga ke Cina. Kota ini juga mengelola ternak sapi dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi warganya. Beberapa artifak yang ditemukan di lokasi reruntuhan antara lain adalah ukiran burung Zimbabwe serta sejumlah barang asing seperti keramik Cina dan koin Arab. Pada era kolonial, para penjajah Eropa menolak teori bahwa Great Zimbabwe didirikan oleh orang-orang kulit hitam. Mereka beranggapan bahwa kebudayaan lokal yang ada terlalu primitif untuk bisa membangun kota semegah Great Zimbabwe. Namun kini, kota tersebut menjadi sumber kebanggaan dan inspirasi bagi warga Negara Zimbabwe atas kejayaan mereka di masa lalu.
6. Angkor, Kamboja

Angkor adalah ibukota Kerajaan Khmer di Kamboja yang berkuasa sekitar abad 9 sampai 15 Masehi. Kota ini ditemukan tertutup oleh hutan lebat di suatu kawasan tak jauh dari Siem Reap di Kamboja. Angkor mulai berkembang sebagai kawasan urban pada awal tahun 800-an ketika Kamboja memerdekakan diri dari Jawa. Memasuki abad ke-12, Angkor mencapai puncak arsitekturnya dengan pembangunan sejumlah monumen raksasa seperti Angkor Wat. Kota ini akhirnya mengalami kemunduran dan ditinggalkan penduduknya setelah perang berkepanjangan dengan Kerajaan Ayutthaya di wilayah barat, dan baru mulai direstorasi kembali oleh sejumlah arkeolog Perancis pada abad 19.
Dari luas wilayahnya, Angkor adalah kota terbesar di dunia sebelum revolusi industri. Sejumlah jalan dan kanal yang rumit dibangun untuk menghubungkan wilayah-wilayah perkotaan. Berkat sistem pertanian yang maju dengan irigasi yang terjamin dari danau-danau di sekitar kota, Angkor mampu menyediakan konsumsi bagi sekitar satu juta penduduknya. Bangunan batu yang ditemukan umumnya merupakan kuil-kuil Hindu dan Buddha yang didirikan untuk memuja para Raja Khmer sebagai perwujudan dewa dan boddhisattva. Sebuah laporan perjalanan yang ditulis oleh utusan Cina Zhou Daguan yang berkunjung pada tahun 1296 menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Angkor, termasuk kegiatan perdagangan, pertanian, keagamaan, serta upacara-upacara kerajaan.
7. Machu Picchu, Peru

Machu Picchu adalah sebuah kota di ketinggian yang menjadi istana bagi sejumlah Raja Inca. Letaknya terpencil di daerah pegunungan di atas Lembah Urumamba di Peru. Kota ini didirikan pada abad ke 15 Masehi, namun ditinggalkan seabad berikutnya bersamaan dengan runtuhnya peradaban Inca oleh serangan Spanyol. Masyarakat lokal di sekitar lembah umumnya mengetahui keberadaan Machu Picchu, namun kota ini baru tersiar ke dunia luar setelah dipublikasi pada tahun 1911 oleh sejarawan Amerika Hiram Bingham.
Machu Picchu terdiri dari dua wilayah, yaitu wilayah perkotaan dan wilayah pertanian. Wilayah perkotaan terbagi lagi menjadi wilayah permukiman, wilayah kerajaan, serta wilayah suci yang dipisahkan oleh sebuah lapangan besar. Sedangkan wilayah pertanian juga terbagi ke menjadi wilayah atas dan wilayah bawah, dengan stuktur lahan bertingkat di tepi jurang. Bangunan kota umumnya dibuat dari potongan batu yang disambung dengan teknik yang disebut ashlar, yaitu pemotongan dengan sudut sempurna. Teknik ini sangat tahan terhadap guncangan sehingga cocok dengan kondisi geografis Peru yang banyak mengalami gempa. Letaknya di ketinggian sesuai dengan kebudayaan Inca yang sangat memperhatikan faktor astronomis.


No comments:
Post a Comment